Minggu, 04 Desember 2016

Kafana F (399777)

Museum Ullen Sentalu

Selasa, 25 Oktober 2016

Kuliah terakhir hari itu selesai pada pukul 12:40. Saya dan 5 teman saya bergegas berkumpul dan langsung pergi menuju museum yang telah kami setujui semalam sebelumnya. Pukul 12:45 kami sudah di jalan menuju Museum Ullen Sentalu, sebuah museum seni dan budaya jawa yang terletak di kaki gunung merapi, cukup jauh tempatnya, sekitar 30 menit perjalanan ke sana.
Sesampainya di sana kami langsung masuk dan membeli tiket masuk seharga tiga puluh ribu rupiah untuk pengunjung dewasa, saya tidak ingat apakah ada harga lain untuk pengunjung dari luar negeri. Harga tiket yang dibayarkan sudah termasuk tour guide, di museum ini pengunjung tidak dapat berkeliling sendiri, harus bersama tour guide, pengunjung juga sangat dilarang mengambil foto dan video dari koleksi museum. Hanya ada beberapa tempat yang boleh diabadikan.
Pengunjung lokal dan pengungjung internasional juga dipisahkan rombongannya karena alasan bahasa. Selama tour berlangsung, saya tidak dapat fokus terhadap apa yang dijelaskan oleh tour guide karena ia menjelaskan dengan cepat, apalagi bahasannya adalah tentang sejarah dan silsilah kesultanan jawa, yang mana saya sangat buta akan hal itu sehingga saya harus beberapa kali menginterupsi penjelasan dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh saya.
Yang saya suka dari Museum Ullen Sentalu adalah konsep bangunannya yang mengombinasikan outdoor dengan indoor sehingga pengunjung tidak melulu berada di dalam ruangan. Tidak hanya sejarah dan silsilah kesultanan jawa, ada juga koleksi gamelan, kain batik, dan juga baju-baju adat jawa di museum ini.



Alamat :
Jl. Boyong Km. 25, Kaliurang Barat, Hargobinangun, Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jadwal Buka Museum :
            Senin               Tutup
            Selasa              08:30–16:00
            Rabu                08:30–16:00
            Kamis              08:30–16:00
            Jumat               08:30–16:00
            Sabtu               08:30–16:00
            Minggu           08:30–16:00






Museum Nasional Jogja

Sabtu, 3 Desember 2016

Sekitar pukul 10:30 WIB saya pergi ke museum nasional jogja bersama dua teman saya. Saya dan dua teman saya memutuskan untuk pergi ke museum ini setelah mendengar banyak orang yang bilang karya-karya seni yang dipamerkan di sana bagus, juga karena melihat jam buka museum yang sangat lama pada hari sabtu, yaitu dari pukul 9 pagi hingga 12 malam. Berbekal navigasi dari internet, saya pun mulai menginjak pedal gas mobil dari tempat kos teman saya setelah menjemput teman saya yang lain terlebih dulu. Tertulis jarak ke museum sejauh 5,6 km dari daerah Pogung Baru, rute menunjukkan jalan ke museum melalui tengah kota terus menuju ke selatan Yogya, tapi ternyata GPS saya mengalihkan rute melalui Jl. Ring Road Utara karena menghindari kepadatan jalan, jarak pun berubah menjadi lebih jauh.
Setelah kurang lebih 25 menit perjalanan, kamipun tiba di tujuan, dengan tidak sabar kami turun dari mobil, namun ada yang aneh, Museum Nasional Jogja hari itu terlihat sepi sekali, sampai-sampai kami kebingungan mencari pintu masuknya. Sepuluh menit waktu kami terbuang hanya untuk mencari pintu masuk, pada akhirnya salah satu teman saya bertanya kepada salah satu petugas parkir, kemudian ia menjawab kurang lebih seperti ini:
 “Iya, pintunya yang di depan, tapi hari ini lagi nggak ada (pameran), Mbak. Ada lagi tanggal 8 nanti.”
Dari situ saya baru sadar kalau Museum Nasional Jogja merupakan museum kontemporer yang hanya buka apabila ada pameran dan fungsi dari museum ini hanyalah sebatas penyedia gedung untuk event dan exhibition.

Alamat :
Jl. Prof. Ki Amri Yahya No. 1, Gampingan, Wirobrajan, Pakuncen, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jadwal Buka Museum :
            Senin               09:00–16:30
            Selasa             09:00–16:30
            Rabu                09:00–16:30
            Kamis              09:00–16:30
            Jumat               09:00–16:30
            Sabtu               09:00–00:00
            Minggu           Tutup








Museum Benteng Vredeburg


Sabtu, 3 Desember 2016

Setelah dari Museum Nasional Jogja di mana di sana saya dan dua teman saya tidak mendapatkan apa-apa karena salah tangkap informasi, maka kami memutuskan untuk pergi ke Museum Benteng Vredeburg agar waktu kami tidak terbuang sia-sia.
Waktu menunjukkan pukul 11:38 WIB, langit mulai mendung, kami langsung masuk setelah sebelumnya memarkirkan mobil terlebih dahulu. Mobil dikenai biaya sepuluh ribu rupiah untuk parkir di sini, untuk sepeda motor saya kurang tahu pastinya berapa, mungkin ­­­­­­­sekitar lima ribu rupiah. Untuk tiket masuk, dewasa dan anak-anak lokal masing-masing dikenai biaya sebesar dua ribu rupiah dan seribu rupiah, sedangkan untuk pengunjung asing dikenakan biaya sebesar sepuluh ribu rupiah, berlaku untuk anak dan dewasa.
Hal pertama yang saya lihat adalah papan besar yang berisi tulisan kronologi pemanfaatan benteng Vredeburg Yogyakarta. Ditulis dengan jelas di sana mulai dari tahun 1760 sejak benteng mulai dibangun hingga tahun 1992 sampai sekarang, saat benteng Vredeburg mulai dijadikan museum.
Ada 4 ruangan, atau lebih tepatnya bangunan yang dijadikan tempat memamerkan diorama-diorama tentang perjuangan para pahlawan di Museum Benteng Vredeburg ini. Pada bangunan diorama 1 terdapat 11 buah minirama yang menggambarkan perjuangan sejak zaman Pangeran Diponegoro hingga pendudukan Jepang di Yogyakarta, kemudian di gedung selanjutnya, yaitu diorama 2 terdapat 19 buah minirama yang menggambarkan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia hingga peristiwa agresi militer Belanda, lalu di gedung diorama 3 ada 18 buah minirama yang menggambarkan peristiwa perjanjian Renville hingga peristiwa pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat, terakhir, ada diorama 4 yang berisi 7 buah minirama yang menggambarkan sejarah saat masa Negara Kesatuan Republik Indonesia terbentuk hingga masa Orde Baru.
Secara umum, museum ini memamerkan dan memberi informasi seputar benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta. Satu hal yang menarik perhatian saya dan memberi informasi baru bagi saya adalah dalam setiap minirama terdapat alat pengukur suhu ruangan, dan rata-rata dari semua alat pengukur suhu ruangan tersebut menampilkan suhu 26.5 °C dengan kelembaban rata-rata 70%.
Kronologi Pemanfaatan Benteng Vredeburg Yogyakarta

Minirama Peristiwa Pembentukan Tamansiswa Oleh Ki Hadjar Dewantara





Alamat :
Jl. Ahmad Yani No. 6, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jadwal Buka Museum :
            Senin               Tutup
            Selasa              07:30–16:00
            Rabu                07:30–16:00
            Kamis              07:30–16:00
            Jumat               07:30–16:00
            Sabtu               07:30–16:00
            Minggu            07:30–12:00


Tidak ada komentar:

Posting Komentar