Rabu, 07 Desember 2016

Wulan Nurrahma A (394826)



1.       Museum Vredeburg

Museum ini terletak di kawasan Kraton Kesultanan Yogyakarta. Museum ini buka pada hari selasa sampai dengan minggu dan tutup pada hari senin dan libur nasional. Saya dan teman – teman saya mengunjungi museum ini pada hari Jumat. Sebelum masuk kita cukup mengeluarkan uang 2000/orang sebagai tiket masuk. Museum ini sebenarnya adalah benteng yang dibangun pada masa penjajahan Belanda. Tetapi pada masa kini benteng itu diubah menjadi museum untuk menyimpan sejarah Indonesia.
Ibu Fatmawati (penjahit Bendera Pusaka Merah Putih)


Menurut saya, Museum Vredeburg ini dapat terbilang bersih, rapi, dan terawat. Tampak dari luar museum ini kelihatan kecil dan saya berpikir di dalamnya pasti sedikit sekali benda bersejarah tersimpan. But no, don’t judge a book by its cover. Setelah masuk ke dalam saya dapat melihat sejarah Indonesia lengkap dengan benda – benda peninggalannya mulai dari penjajahan Belanda sampai Indonesia merdeka. Masa lampau Indonesia diceritakan melalui diorama – diorama dan ada juga beberapa patung. Terdapat juga layar sentuh atau touch screen bagi pengunjung yang ingin membaca sejarah Indonesia. Pokoknya museum ini sangat mengedukasi. Sebagai nilai tambahan dari museum ini, walaupun di luar sangat panas tapi di setiap ruangannya terdapat AC, jadi tenang saja kamu tidak perlu kepanasan di dalam dan dapat melihat – lihat seleluasa dan senyaman mungkin.
Patung Ilustrasi (rakyat Indonesia melawan penjajah)


Museum ini recommended bagi kamu yang penasaran dengan masa lampau Indonesia  dan bagi kamu yang pecinta sejarah. Dengan biaya masuk yang murah kamu sudah dapat menikmati museum ini dengan fasilitas yang nyaman dan menambah ilmu.

2.       Museum Sonobudoyo

Masih dalam lingkungan Kraton Kesultanan Yogyakarta, saya mengunjungi museum Sonobudoyo. Terletak tidak jauh dari Museum Vredeburg, tetapi menurut saya museum ini letaknya agak terpencil mungkin karena diapit oleh bangunan lain. Dan sama halnya dengan Vredeburg, sepertinya museum – museum yang berada di lingkungan kraton hanya buka pada hari selasa sampai dengan minggu dan tutup pada hari senin dan libur nasional. Hanya dibutuhkan biaya 3000/orang untuk dapat menikmati museum ini.
Ruang Alat Musik Gamelan
Bangunan museum ini termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Sudah bisa terlihat dari luar bahwa museum ini nyaman, rapi, dan bersih. Setelah pintu masuk, saya memasuki ruangan bagian depan yang ditutupi dengan dinding dari kaca. Ruangan ini menyuguhkan pengunjung dengan penampakan alat musik gamelan. Saya tidak memahami gamelan tapi saya rasa alat musiknya ini lengkap karena banyak sekali alat musik yang berbeda di sana. Setelah itu saya lanjut melihat – lihat dan ternyata museum ini luas juga tidak seperti yang saya kira. Museum ini menyimpan koleksi sejarah dan kebudayaan Jawa. Didalamnya terdapat ruang wayang yang menampilkan koleksi Wayang Purwa, Wayang Kancil, Wayang Sadat dan Wayang Wahyu. Dari ruang wayang ini pengunjung dapat mengetahui berbagai jenis wayang, asal – usul dan sejarah dunia pewayangan. Selanjutnya ada ruang batik yang memamerkan koleksi batik dengan motif yang berbeda – beda, koleksi bahan, peralatan dan proses pembuatannya. Ada juga ruang ukir yang menampilkan ukiran khas Jawa Tengah seperti gebyog patang aring. Selanjutnya terdapat ruang mainan dan senjata tradisional, ruang purbakala (koleksi peninggalan masa prasejarah), logam (koleksi benda logam zaman dahulu), topeng, dan Bali (koleksi yang berkaitan dengan adat dan budaya Bali dan penyebaran agama Hindu).

3.       Monumen Jogja Kembali

Monumen yang berbentuk kerucut ini terletak di Ringroad Utara. Monumen ini dikelilingi oleh halaman yang luas dan hijau yang malamnya digunakan sebagai taman lampion. Bangunan monumen ini juga dikelilingi oleh kolam air. Nama monumen ini disingkat menjadi Monjali. Dengan tiket masuk 10000/orang kita sudah dapat berkeliling dan melihat-lihat dengan puas.
Diorama
Sepertinya museum negara dirawat dengan sangat baik. Ini adalah museum negara ketiga yang saya kunjungi dan semuanya bersih dan rapi. Saat memasuki halamannya, first impress saya adalah love it! Tanamannya banyak dan hijau – hijau, kita juga dapat berjalan santai sambil berfoto.
 Di taman depan saya bisa melihat meriam dan replika pesawat yang dipakai dalam peristiwa perjuangan. Selanjutnya memasuki halaman museum terdapat dinding yang berisi daftar nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III. Bangunan monumen terdiri dari tiga lantai. Di lantai satu saya dapat melihat replika, foto, dokumen bersejarah dan patung –patung tokoh yang sangat berperan dalam sejarah. Juga terdapat perpustakaan yang menyediakan referensi-referensi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Adapula ruangan serbaguna lengkap dengan panggung yang dapat dimanfaatkan oleh umum. Kemudian untuk naik ke lantai dua saya harus keluar dari ruangan lantai satu dan menaiki anak tangga di bagian depan monumen. Lantai dua adalah ruangan khusus diorama. Terdapat 10 diorama yang diawali dengan Agresi Militer Belanda memasuki kota Yogyakarta dalam rangka menguasai kembali Replublik Indonesia pada tanggal 19 Desember 1948 diakhiri dengan adanya Persetujuan Roem-Royen pada tanggal 7 Mei 1949. Diorama disajikan sesuai kronologis waktu sehingga pengunjung dapat memahami urutan kejadian. Di lantai 2 bagian dinding luar terdapat Relief Perjuangan Fisik dan Diplomasi Perjuangan Bangsa Indonesia. Salah satu relief nya yaitu  pernyataan dari Sri Sultan HB IX yang menyatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah bagian dari Negara Republik Indonesia. Terdapat relief juga dilantai tiga, tapi saya tidak tahu jelas relief apa itu karena sangat ramai di atas dan ruangannya juga sempit.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar