Rabu, 07 Desember 2016

Nadya Annisa Noer (405723)

                

              Museum Terbaik di Indonesia  , Museum Ullen Sentalu  
         

       Ditengah kuliah dan rutinitas sehari-hari di kampus saat itu, yang terlihat monoton, (mungkin karena saya mahasiswa baru) tugas mengunjungi museum  sekitar Jogja telah memberikan kesan tersendiri bagi saya, selain memiliki tugas yang menurut saya menyenangkan, yaitu mengharuskan mahasiswanya beranjak dan keliling bukan hanya duduk dan mengetik, museum yang harus dikunjungi tidaklah hanya satu museum saja, namun tiga. Rasanya sudah seperti menyempatkan berlibur bersama teman-teman. Tetapi, karena merupakan tugas, jadi terlaksana dengan pasti.. Saya juga sangat puas melihat museum yang ada di Jogja dengan berbagai khasnya yang telah menambah wawasan saya tentunya karena memiliki konten yang berbeda dengan  museum-museum yang ada di kota asal saya, Jakarta. Bahkan disini saya menemukan museum yang diberikan penghargaan sebagai museum terbaik di Indonesia. Mengingat perbedaan museum yang ada di Jogja dan di Jakarta, membuat saya berpikir betapa banyak museum yang berbeda pula di provinsi lainnya di Indonesia, betapa banyak cerita, budaya dan sejarah di negara kita, menunjukkan betapa kayanya pulau kita, Indonesia.


Saya dan Yasmin di taman Museum Ullen Sentalu

Perjalanan  mengunjungi museum pertama merupakan perjalanan yang lumayan spontan, saya pergi bersama dengan lima teman kelas saya selesai pelajaran pada hari Selasa, 25 Oktober 2016. Padahal lokasi dari museum ini terbilang jauh,  yaitu Jalan Kaliurang KM 25, namun tidak apa-apa, cuaca hari itu sangat mendukung untuk pergi sedikit jauh, hehe. Mengenai Jakal KM 25 Kawasan tersebut juga menjadi lokasi beberapa wisata terkenal Jogja.  Menggunakan mobil teman saya, Kafana, kami sampai di Museum Ullen Sentalu dalam waktu kurang lebih 30 menit, beruntung tidak ramai karena hari itu weekdays dan waktu kerja.
Dengan harga Rp25.000 saja, pemandangan awal museum ini sudah menyuguhkan kesan yang mewah dan berseni, bentuk bangunannya unik, tidak kuno tetapi terlihat modern tanpa meninggalkan ke autentikan dan sisi tradisionalnya. Sistem dari museum ini adalah, setiap pengunjung (rombongan 3-4orang/5-10 orang) akan mendapatkan tourguide, agar dapat menuntun pengunjung ke bagian-bagian ruangan dan menjelaskan isi museum dengan cerita yang detail, memang harus begitu. Karena museum ini tidak meletakkan banyak tulisan, namun hanya gambar, lukisan, dan pajangan. Ditambah lagi barang-barang didalamnya yang terlihat sangat terjaga dan terawat,dengan kualitas nilai seni tinggi, maka pengunjung tidak dapat dengan bebas kesana-kemari sendiri, namun tetap bersama tourguide.
 Museum Ullen Sentalu merupakan sebuah museum seni dan budaya Jawa yang didirikan oleh keluarga Haryono. Lokasi museum ini, seperti yang saya bilang diatas, terletak di Kaliurang KM25, lereng Gunung Merapi, udaranya sejuk dan dingin ketika hujan. Sayang sekali saya lupa nama tourguide yang memandu kami, ia adalah seorang wanita yang terlihat berumur tidak jauh diatas kami, namun gaya menjelaskannya sangatlah menarik dan jelas. Pertama, kami dibawa kedalam ruangan bawah tanah,  untuk mencapainya kami sedikit menuruni tangga dan bebatuan kecil. Sebelumnya, dari yang saya lihat museum ini memiliki dua bangunan utama yaitu ruang bawah tanah dan bangunan museum diatas kolam yang berupa ruangan-ruangan kecil untuk koleksinya. Kembali lagi ke ruangan pertama, yang merupakan ruang favorit saya, yaitu ruangan  bawah tanah.
Ruangan tersebut tidak tidak berdinding putih, atau dinding pada umumnya namun seperti berdindingkan batu atau tanah liat yang menyesuaikann dengan suasana dibawah tanah, namun memberikan kesan yang nyaman dan hangat karena berwarna coklat. Ruang bawah tanah tersebut adalah Ruang Seni Tari dan Gamelan yang berisi koleksi seperangkat alat musik gamelan dan foto-foto keluarga kerajaan ketika sedang menari atau melihat pentas tari, ada juga lukisan seorang perempuan Jawa dengan kostum tarinya. Masih di ruang bawah tanah, selanjutnya ada koridor megah, dan lorong hitam dengan lampu-lampu gantung dengan gaya modern, di ruangan ini terdapat foto-foto silsilah keluarga kerajaan Mataram, dengan seni berpakaian dan tema pada zaman itu. Merepresentasikan kemegahan budaya Mataram, namun saking banyaknya dan panjang cerita tentang keluarga kerajaan tersebut, saya kurang bisa paham keseluruhan tentang silsilahnya apalagi menghafalnya .
Bangunan kedua, tetap sangat unik, terdiri dari 5 bangunan kecil, berdiri diatas kolam air, dengan arsitektur yang belum pernah saya liat sebelumnya yang isinya adalah Ruang Batik dan Ruang Artefak. Berisi koleksi batik kuno, jenis-jenis batik yang dipakai oleh keluarga kerajaan, perbedaan batik Solo dan Jogja dengan warna dan motifnya. Lalu ada kumpulan syair dan surat putri-putri kerajaan dengan sahabat penanya yang berbasaha Belanda, cukup membuat saya merinding karena bahasa dan isi syair yang menggunakan bahasa Indonesia lama yang sangat indah, inginnya saya agar bisa menulis seperti putri-putri Mataram juga. Lalu ada juga arca dan lukisan-lukisan yang menunjukkan kehidupan keraton pada masa itu. Seluruh ruangan di museum ini sengaja dibuat dingin, demi menjaga keutuhan koleksi dan bangunan itu sendiri. Ingin sekali saya memberikan foto ruangan dan bangunannya, namun kamera SLR atau hp tidak diperbolehkan, hingga hanya bisa mengambil foto diluar ruannganya, masih di lingkungannya. Namun saya sarankan saja untuk menikmati kemegahan museum Ullen Sentalu.
 dengan mengunjungi  langsung. Saya akan kembali ke museum ini, bersama dengan keluarga saya dilain waktu :)



 Ruang istirahat dan dijamu dengan minuman jahe hangat








           Museumnya Sang Maestro, Museum Lukis Affandi


 Berhubung dengan jadwal dan padatnya kegiatan di kampus, perjalanan mengunjungi museum yang kedua baru tersampaikan sekitar 3 minggu setelah Ullen Sentalu. Kali ini, saya hanya pergi bersama Bewinda, karena yang lainnya memiliki keinginan untuk pergi ke museum yang berbeda. Museum Lukis Affandi yang terletak di Jalan Laksda Adisucipto, terletak dipinggir jalan, namun sangat menarik perhatian karena bangunannya besar dan berbentuk seperti tempurung besar, dan memiliki bangunan kerucut seperti istana. Harga tiket masuk museum ini 20 ribu rupiah, hari itu, kami juga dapat kupon eskrim gratis di kafe-nya yang bernama cafe loteng.
Museum ini terdiri atas empat galeri beserta bangunan pelengkap seperti studio, dan bangunan rumah tempat tinggal Affandi dan keluarganya , tetapi rumah tidak dibuka untuk umum. Saat itu kami hanya bisa mengunjungi dua galeri karena dua lainnya sedang dalam perbaikan. Galeri I khusus hasil karya sang maestro sendiri, seperti lukisan potret diri, keluarganya, serta lukisannya yang terkenal dengan tema hewan. Selain itu, ada beberapa barang kesayangan peninggalan beliau, seperti mobil, sepeda, pipa rokok, dan baju oblong kesayangannya yang dipakai saat melukis.
Galeri II tidak hanya berisi karya-karya Affandi, tetapi beberapa pelukis kondang dari Indonesia yang saya tidak tahu siapa saja karena tidak bisa masuk, lalu ada galeri III dan IV yang merupakan galeri dari karya anak dan cucu Affandi, yaitu Kartika dan Didit Affandi.  Ada juga pajangan seni benang wol oleh istri Affandi. Galeri-galeri ini terlihat menarik dengan wallpaper dinding, kolase ubin dan tata ruangnya, juga langit dinding yang terbuat dari anyaman bambu.




"Peacock" oleh Affandi


Toko keil disamping Cafe Loteng, Museum Ullen Sentalu



Hal spesial dari museum ini yaitu, suasananya yang sangat damai, bersni dan dibuat khusus agar pengunjung merasa santai sambil mengelilingi galeri. Cafe, sanggar dan toko kecil juga menambah nilai museum ini. Merupakan kebanggaan sendiri melihat karya-karya Affandi yang sudah mendunia dan dikelola dengan baik di museum ini. Walaupun karya asli Affandi mencapai 2000 lebih lukisan, yang ada di museum ini sudah sangat memuaskan. Saya tidak akan bosan jika diajak lagi untuk mengunnjungi museum Affandi ini berkali-kali.


                              


Perjalanan “Asyik” Jogja National Museum


Perjalanan ke museum yang terakhir, atau museum ke-3, sudah saya niatkan untuk mengunjungi Jogja National Museum, dari namanya yang terdengar “besar” dikarenakan ada kata national terpampang di tengahnya, saya sudah mengira ini museum yang paling kekinian di seluruh Jogja. Perjalanan saya tempuh bersama kedua teman, Yasmin dan Kafana. Kali ini, dengan mobil Kafana lagi kami menuju museum tersebut, jaraknya pun terasa jauh karena kami mengikuti GPS, yang mengutamakan jalan tanpa macet dibandingkan jalan tercepat, walaupun menjadi jauh, namun lebih baik karena terbebas dari macet, kami pun sampai di JNM (Jogja National Museum) yang terletak di daerah Gampingan, tepatnya di Jalan Amri Yahya no.1, Gampingan Yogyakarta.
Setelah menempuh jalan yang sedikit panjang, akhirnya kami sampai, museumnya terlihat besar dan seluruhnya berwarna putih, menarik. Jujur saja saya sudah searching tentang museum ini namun hanya sekedar alamat, tetapi di tautan nya saya tidak melihat sedikit penjelasan tentang museum ini, atau mungkin koleksinya berupa apa, namun saya jadi penasaran dan akhirnya datang langsung. Dan benar saja, setelah saya mengelilingi bangunan tersebut dan mencari pintu masuknya beserta loket tiket, dan Yasmin akhirnya bertanya kepada penjaga disana, ternyata museum ini bukanlah sebuah museum yang khusus menyimpan suatu koleksi tertentu, atau diorama sejarah, dan sebagainya seperti museum pada umumnya. Namun ternyata Jogja National Museum adalah museum kontemporer pertama di Indonesia, yang menyuguhkan dan fokus kepada pengembangan presentasi karya seni rupa kontemporer Indonesia, maka museum tersebut buka ketika ada pameran saja, sejumlah program dibuat dengan melibatkan kurator, apresiator seni, dan banyak seniman yang berasal dari Indonesia. Oh iya, selain pameran, berbagai macam aktivitas atau kegiatan juga sering dilaksanakan di JNM, seperti seminar, pertunjukan seni dan diskusi
Walaupun datang di hari yang tidak ada event/pamerannya, saya jadi tahu munculnya museum ini memiliki tujuan dan perhatian besar pada pelestarian dan perkembangan seni budaya Indonesia, saya sangat menyukai konsepnya, sangat inspiratif. Yaitu museum tidak harus selamanya berisikan benda mati atau diorama yang dipajang. Namun dengan apa yang sedang terjadi saat itu juga, aktivitas seni, dapat ditampilkan dan semakin banyak yang mengekspresikan diri di museum tersebut, maka  akan menjadi koleksi tersendiri yang tak ternilai harganya. Sekarang, jika ingin mencari pertunjukan atau pameran seni, bahkan seminar dan diskusi denga para seniman tinggal lihat time schedule aktivitas Jogja National Museum, beberapa contoh aktivitas yang sebelumnya ada di JNM yaitu art summit, 8-16 Agustus 2016, Jogja Delayota Art pada tahun 2015 lalu yang sangat terkenal yaitu ARTJOG pada Mei-Juni lalu.



Jogja National Museum, sisi depan










   






Tidak ada komentar:

Posting Komentar