Museum Terbaik di Indonesia ,
Museum Ullen Sentalu
Ditengah
kuliah dan rutinitas sehari-hari di kampus saat itu, yang terlihat monoton,
(mungkin karena saya mahasiswa baru) tugas mengunjungi museum sekitar Jogja telah memberikan kesan tersendiri
bagi saya, selain memiliki tugas yang menurut saya menyenangkan, yaitu
mengharuskan mahasiswanya beranjak dan keliling bukan hanya duduk dan mengetik,
museum yang harus dikunjungi tidaklah hanya satu museum saja, namun tiga. Rasanya
sudah seperti menyempatkan berlibur bersama teman-teman. Tetapi, karena
merupakan tugas, jadi terlaksana dengan pasti.. Saya juga sangat puas melihat
museum yang ada di Jogja dengan berbagai khasnya yang telah menambah wawasan
saya tentunya karena memiliki konten yang berbeda dengan museum-museum yang ada di kota asal saya,
Jakarta. Bahkan disini saya menemukan museum yang diberikan penghargaan sebagai
museum terbaik di Indonesia. Mengingat perbedaan museum yang ada di Jogja dan
di Jakarta, membuat saya berpikir betapa banyak museum yang berbeda pula di
provinsi lainnya di Indonesia, betapa banyak cerita, budaya dan sejarah di
negara kita, menunjukkan betapa kayanya pulau kita, Indonesia.
Saya dan Yasmin di taman Museum Ullen Sentalu |
Perjalanan mengunjungi
museum pertama merupakan perjalanan yang lumayan spontan, saya pergi bersama
dengan lima teman kelas saya selesai pelajaran pada hari Selasa, 25 Oktober
2016. Padahal lokasi dari museum ini terbilang jauh, yaitu Jalan Kaliurang KM 25, namun tidak
apa-apa, cuaca hari itu sangat mendukung untuk pergi sedikit jauh, hehe.
Mengenai Jakal KM 25 Kawasan tersebut juga menjadi lokasi beberapa wisata terkenal
Jogja. Menggunakan mobil teman saya,
Kafana, kami sampai di Museum Ullen Sentalu dalam waktu kurang lebih 30 menit,
beruntung tidak ramai karena hari itu weekdays
dan waktu kerja.
Dengan harga Rp25.000 saja, pemandangan awal museum ini sudah
menyuguhkan kesan yang mewah dan berseni, bentuk bangunannya unik, tidak kuno
tetapi terlihat modern tanpa meninggalkan ke autentikan dan sisi
tradisionalnya. Sistem dari museum ini adalah, setiap pengunjung (rombongan
3-4orang/5-10 orang) akan mendapatkan tourguide, agar dapat menuntun pengunjung
ke bagian-bagian ruangan dan menjelaskan isi museum dengan cerita yang detail,
memang harus begitu. Karena museum ini tidak meletakkan banyak tulisan, namun
hanya gambar, lukisan, dan pajangan. Ditambah lagi barang-barang didalamnya
yang terlihat sangat terjaga dan terawat,dengan kualitas nilai seni tinggi,
maka pengunjung tidak dapat dengan bebas kesana-kemari sendiri, namun tetap
bersama tourguide.
Museum Ullen Sentalu
merupakan sebuah museum seni dan budaya Jawa yang didirikan oleh keluarga
Haryono. Lokasi museum ini, seperti yang saya bilang diatas, terletak di
Kaliurang KM25, lereng Gunung Merapi, udaranya sejuk dan dingin ketika hujan.
Sayang sekali saya lupa nama tourguide yang memandu kami, ia adalah seorang
wanita yang terlihat berumur tidak jauh diatas kami, namun gaya menjelaskannya
sangatlah menarik dan jelas. Pertama, kami dibawa kedalam ruangan bawah
tanah, untuk mencapainya kami sedikit
menuruni tangga dan bebatuan kecil. Sebelumnya, dari yang saya lihat museum ini
memiliki dua bangunan utama yaitu ruang bawah tanah dan bangunan museum diatas
kolam yang berupa ruangan-ruangan kecil untuk koleksinya. Kembali lagi ke
ruangan pertama, yang merupakan ruang favorit saya, yaitu ruangan bawah tanah.
Ruangan tersebut tidak tidak berdinding putih, atau dinding
pada umumnya namun seperti berdindingkan batu atau tanah liat yang
menyesuaikann dengan suasana dibawah tanah, namun memberikan kesan yang nyaman
dan hangat karena berwarna coklat. Ruang bawah tanah tersebut adalah Ruang Seni
Tari dan Gamelan yang berisi koleksi seperangkat alat musik gamelan dan
foto-foto keluarga kerajaan ketika sedang menari atau melihat pentas tari, ada
juga lukisan seorang perempuan Jawa dengan kostum tarinya. Masih di ruang bawah
tanah, selanjutnya ada koridor megah, dan lorong hitam dengan lampu-lampu
gantung dengan gaya modern, di ruangan ini terdapat foto-foto silsilah keluarga
kerajaan Mataram, dengan seni berpakaian dan tema pada zaman itu.
Merepresentasikan kemegahan budaya Mataram, namun saking banyaknya dan panjang
cerita tentang keluarga kerajaan tersebut, saya kurang bisa paham keseluruhan
tentang silsilahnya apalagi menghafalnya .
Bangunan kedua, tetap sangat unik, terdiri dari 5 bangunan
kecil, berdiri diatas kolam air, dengan arsitektur yang belum pernah saya liat
sebelumnya yang isinya adalah Ruang Batik dan Ruang Artefak. Berisi koleksi
batik kuno, jenis-jenis batik yang dipakai oleh keluarga kerajaan, perbedaan
batik Solo dan Jogja dengan warna dan motifnya. Lalu ada kumpulan syair dan
surat putri-putri kerajaan dengan sahabat penanya yang berbasaha Belanda, cukup
membuat saya merinding karena bahasa dan isi syair yang menggunakan bahasa
Indonesia lama yang sangat indah, inginnya saya agar bisa menulis seperti
putri-putri Mataram juga. Lalu ada juga arca dan lukisan-lukisan yang
menunjukkan kehidupan keraton pada masa itu. Seluruh ruangan di museum ini
sengaja dibuat dingin, demi menjaga keutuhan koleksi dan bangunan itu sendiri.
Ingin sekali saya memberikan foto ruangan dan bangunannya, namun kamera SLR
atau hp tidak diperbolehkan, hingga hanya bisa mengambil foto diluar
ruannganya, masih di lingkungannya. Namun saya sarankan saja untuk menikmati
kemegahan museum Ullen Sentalu.
dengan mengunjungi langsung. Saya akan kembali ke museum ini,
bersama dengan keluarga saya dilain waktu :)
Museumnya Sang Maestro, Museum Lukis Affandi
Berhubung
dengan jadwal dan padatnya kegiatan di kampus, perjalanan mengunjungi museum
yang kedua baru tersampaikan sekitar 3 minggu setelah Ullen Sentalu. Kali ini,
saya hanya pergi bersama Bewinda, karena yang lainnya memiliki keinginan untuk
pergi ke museum yang berbeda. Museum Lukis Affandi yang terletak di Jalan
Laksda Adisucipto, terletak dipinggir jalan, namun sangat menarik perhatian
karena bangunannya besar dan berbentuk seperti tempurung besar, dan memiliki
bangunan kerucut seperti istana. Harga tiket masuk museum ini 20 ribu rupiah,
hari itu, kami juga dapat kupon eskrim gratis di kafe-nya yang bernama cafe
loteng.
Museum ini terdiri atas empat galeri beserta bangunan
pelengkap seperti studio, dan bangunan rumah tempat tinggal Affandi dan keluarganya
, tetapi rumah tidak dibuka untuk umum. Saat itu kami hanya bisa mengunjungi
dua galeri karena dua lainnya sedang dalam perbaikan. Galeri I khusus hasil
karya sang maestro sendiri, seperti lukisan potret diri, keluarganya, serta
lukisannya yang terkenal dengan tema hewan. Selain itu, ada beberapa barang
kesayangan peninggalan beliau, seperti mobil, sepeda, pipa rokok, dan baju oblong
kesayangannya yang dipakai saat melukis.
Galeri II tidak hanya berisi karya-karya Affandi, tetapi
beberapa pelukis kondang dari Indonesia yang saya tidak tahu siapa saja karena
tidak bisa masuk, lalu ada galeri III dan IV yang merupakan galeri dari karya
anak dan cucu Affandi, yaitu Kartika dan Didit Affandi. Ada juga pajangan seni benang wol oleh istri
Affandi. Galeri-galeri ini terlihat menarik dengan wallpaper dinding, kolase
ubin dan tata ruangnya, juga langit dinding yang terbuat dari anyaman bambu.
Hal spesial dari museum ini yaitu, suasananya yang sangat damai,
bersni dan dibuat khusus agar pengunjung merasa santai sambil mengelilingi
galeri. Cafe, sanggar dan toko kecil juga menambah nilai museum ini. Merupakan
kebanggaan sendiri melihat karya-karya Affandi yang sudah mendunia dan dikelola
dengan baik di museum ini. Walaupun karya asli Affandi mencapai 2000 lebih
lukisan, yang ada di museum ini sudah sangat memuaskan. Saya tidak akan bosan
jika diajak lagi untuk mengunnjungi museum Affandi ini berkali-kali.
Perjalanan “Asyik” Jogja National Museum
Perjalanan ke museum yang terakhir, atau museum ke-3,
sudah saya niatkan untuk mengunjungi Jogja National Museum, dari namanya yang
terdengar “besar” dikarenakan ada kata national terpampang di tengahnya, saya
sudah mengira ini museum yang paling kekinian di seluruh Jogja. Perjalanan saya
tempuh bersama kedua teman, Yasmin dan Kafana. Kali ini, dengan mobil Kafana
lagi kami menuju museum tersebut, jaraknya pun terasa jauh karena kami
mengikuti GPS, yang mengutamakan jalan tanpa macet dibandingkan jalan tercepat,
walaupun menjadi jauh, namun lebih baik karena terbebas dari macet, kami pun
sampai di JNM (Jogja National Museum) yang terletak di daerah Gampingan,
tepatnya di Jalan Amri Yahya no.1, Gampingan Yogyakarta.
Setelah menempuh jalan yang sedikit panjang, akhirnya
kami sampai, museumnya terlihat besar dan seluruhnya berwarna putih, menarik.
Jujur saja saya sudah searching tentang
museum ini namun hanya sekedar alamat, tetapi di tautan nya saya tidak melihat
sedikit penjelasan tentang museum ini, atau mungkin koleksinya berupa apa,
namun saya jadi penasaran dan akhirnya datang langsung. Dan benar saja, setelah
saya mengelilingi bangunan tersebut dan mencari pintu masuknya beserta loket
tiket, dan Yasmin akhirnya bertanya kepada penjaga disana, ternyata museum ini
bukanlah sebuah museum yang khusus menyimpan suatu koleksi tertentu, atau
diorama sejarah, dan sebagainya seperti museum pada umumnya. Namun ternyata
Jogja National Museum adalah museum kontemporer pertama di Indonesia, yang
menyuguhkan dan fokus kepada pengembangan presentasi karya seni rupa
kontemporer Indonesia, maka museum tersebut buka ketika ada pameran saja,
sejumlah program dibuat dengan melibatkan kurator, apresiator seni, dan banyak
seniman yang berasal dari Indonesia. Oh iya, selain pameran, berbagai macam
aktivitas atau kegiatan juga sering dilaksanakan di JNM, seperti seminar,
pertunjukan seni dan diskusi
Walaupun datang di hari yang tidak ada
event/pamerannya, saya jadi tahu munculnya museum ini memiliki tujuan dan
perhatian besar pada pelestarian dan perkembangan seni budaya Indonesia, saya
sangat menyukai konsepnya, sangat inspiratif. Yaitu museum tidak harus
selamanya berisikan benda mati atau diorama yang dipajang. Namun dengan apa
yang sedang terjadi saat itu juga, aktivitas seni, dapat ditampilkan dan
semakin banyak yang mengekspresikan diri di museum tersebut, maka akan menjadi koleksi tersendiri yang tak
ternilai harganya. Sekarang, jika ingin mencari pertunjukan atau pameran seni,
bahkan seminar dan diskusi denga para seniman tinggal lihat time schedule aktivitas Jogja National
Museum, beberapa contoh aktivitas yang sebelumnya ada di JNM yaitu art summit,
8-16 Agustus 2016, Jogja Delayota Art pada tahun 2015 lalu yang sangat terkenal
yaitu ARTJOG pada Mei-Juni lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar