Minggu, 04 Desember 2016

Ni Putu Maharani A (394822)

MUSEUM KRATON YOGYAKARTA

Perkenalkan nama saya Maharani, disini saya akan menceritakan pengalaman saya saat berkunjung Museum Keraton Yogyakarta. Pada tanggal 3 November 2016, saya mengunjungi Museum  Keraton Yogyakarta untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Budaya. Beralamat di Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Museum Keraton Yogyakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, selain dari sejarahnya, dan bangunannya, disana kita juga bisa melihat adat jogja yang ditunjukkan melalu para guide atau biasa disebut abdi dalem yang menggunakan baju  adat jogja dan juga menggunakan bahasa jawa untuk berkomunikasi. Museum ini buka setiap hari kecuali jika ada upacara adat. Dibuka mulai pukul 08.30 - 14.00 kecuali hari Jumat hanya sampai pukul 13.00.  Biaya masuk Museum Keraton Yogyakarta yaitu Rp 5.000 untuk wisatawan local serta Rp 12.500 untuk wisatawan asing. Dan dikenakan tambahan biaya jika membawa kamera, yaitu sebesar Rp 1.000.

Memasuki halaman pertama dari Museum Keraton, terdapat pendopo berisikan gamelan-gamelan yang dipakai saat upacara adat. Dan juga tempat pertunjukan pentas seni tarian. 


Gb. 1 ( Gamelan yang dipakai saat upacara adat  dan tempat pertunjukan  )
Setelah meikmati halaman utama dari Museum Keraton, saya kembali mengitari kompleks keraton dan menuju ke museum batik. Saat perjalanan menuju museum batik, saya mengamati banyak abdi dalem yang sedang melaksanakan tugas, seperti memberi menyan disetiap sudut ruangan museum. Pasir yang terdapat dihalaman museum ini, dikabarkan berasal dari Pantai Prangtritis. Walaupun beralaskan pasir, tetapi hawa sejuk selalu menyelimuti kompleks museum ini.


Gb. 2 ( Suasana bangunan di kompleks keraton)

Masuk ke Museum Batik yang diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tanggal 31 Oktober 2005, adalah salah satu bangunan di kompleks Keraton Yogyakarta. Di dalam museum disimpan koleksi kain batik, patung, lukisan topeng batik, foto-foto, bahan-bahan pewarna dan peralatan membatik dari masa Sri Sultan Hamengkubuwono VIII sampai dengan Sri Sultan Hamengkubuwono X. Dan juga terdapat hibah dari koleksi sejumlah pembatik daerah sekitar.
   
Gb 3 (Suasana didalam museum batik)


Saat sedang menikmati koleksi museum, pandangan saya tertuju pada salah satu sumur tua yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono VIII. Di atas sumur yang telah ditutup menggunakan kawat-kawat tersebut terdapat tulisan yang melarang pengunjung memasukkan uang. Penasaran dengan maksud kalimat tersebut saya pun mendekat dan melihat ke dalam sumur, ternyata di dasar sumur terdapat kepingan uang logam dan uang kertas yang berhamburan. Sayang sekali, di dalam ruangan tersebut, pengunjung dilarang mengabadikan gambar dengan alasan tertentu.

            Belum puas mengelilingi kompleks keraton, saya pun menuju ke Museum  Sri  Sultan  Hamengkubuwono  IX. Museum tersebut berisi benda koleksi peninggalan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, antara lain meja tulis, foto, beberapa penghargaan berupa medali, tanda jasa. Terdapat pula koleksi mobil-mobilan Sri Sultan Hamengkubuwono IX ketika masih kecil, peralatan memasak, bumbu dapur, baju, dan berbagai benda lainnya. 
 Gb 4 ( Meja makan peninggalan HB IX)

 Gb 5 (Sarung tangan berkuda peninggalan HB IX)



Gb 6 ( Teko atau ceret yang sempat digunakan HB IX dan dispenser pada jaman itu

Gb 7 ( Sofa tempat bersantai HB IX)

Aura saat memasuki wilayah museum ini sangat mistis, ya mungkin karena memang barang peninggalannya memang sangat bersejarah. Setelah itu, saya melangkahkan kaki saya menuju Museum Lukisan. Di museum ini, dipamerkan lukisan silsilah raja-raja yang dimulai dari Hamengkubuwana I.  Silsilah keluarga kerajaan digambarkan dalam bentuk sebuah pohon. Koleksi unggulan pada museum lukisan ini adalah lukisan Sultan Hamengkubuwana VI beserta kedua permaisurinya dan lukisan Sultan Hamengkubuwana VII yang dilukis oleh Raden Saleh.  Mitosnya lukisan tiga dimensi itu saat dilihat dari arah depan maupun samping, lalu amatilah bagian mata maka Anda akan mendapati gambar mata Sultan HB VII di lukisan seakan mengikuti ke mana Anda berpindah. Lukisan itu seperti menatap anda.  



















Gb 8 ( Suasana di museum lukisan )

Setelah puas berjalan menyusuri Kraton Yogyakarta, saya pun melangkahkan kaki keluar dengan hati riang gembira. Selain mendapatkan banyak ilmu tentang sejarah jaman dahulu, saya dan teman teman juga dapat SKSD dengan bule-bule perancis yang saat itu kami jumpai. 


( Berfoto dengan wajah yang terlalu bersemangat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar